Eco Driving di Jakarta, Apakah Mungkin? (Photo: ClickerHappy - pixabay)
Issues & Lifestyles

Menerapkan Eco Driving di Jakarta, Apakah Mungkin?

Teman-teman pernah mendengar istilah eco driving? Jika belum, berdasarkan beberapa sumber, eco driving adalah cara mengemudi yang memiliki tujuan lebih ramah lingkungan dengan menghemat energi. Pengendara menyetir kendaraannya dengan cara yang lebih halus, tenang, dan efisien. Tanpa kebut-kebutan, tanpa pengereman mendadak, dan menghindari menekan pedal gas terlalu dalam secara tiba-tiba. Lalu bagaimana dengan penduduk di kota besar seperti Jakarta? Apakah mungkin menerapkan gaya mengemudi eco driving di Jakarta? Apa saja tantangannya?

Baca Juga: Saat Kesabaran Setipis Tisu: Tips Berkendara dengan Tenang dan Aman di Jalan Raya

Tujuan dan Teknik Eco Driving

Tujuan dari eco driving itu sendiri sesungguhnya cukup mulia menurut saya, yaitu untuk meminimalisir konsumsi bahan bakar pada kendaraan. Seperti yang kita tahu, bahan bakar kendaraan yang mayoritas digunakan saat ini bersumber dari Sumber Daya Alam yang tak terbarukan, yakni minyak bumi. Setidaknya itulah teori yang saya pahami hingga saat ini.

Beberapa teknik umum dalam eco driving ada beberapa hal. Di antaranya dengan mengaplikasikan akselerasi yang halus pada mesin, menjaga kecepatan kendaraan agar bergerak stabil, menghindari pengereman mendadak, dan mematikan mesin saat parkir atau berhenti lama.

Selain mengurangi konsumsi bahan bakar, ternyata cara mengemudi eco driving ini juga dapat menjaga kondisi mesin kendaraan, baik mobil atau motor, sehingga bertahan lebih lama.

Kondisi Terkini Lalu Lintas di Jakarta

Ilustrasi lalu lintas di kota besar
Ilustrasi Lalu Lintas di Kota Besar (Photo: carlovenson – pixabay)

Meski terlihat mudah menerapkan eco driving, kenyataan di kota-kota besar menjadi penghambat yang nyata. Jakarta misalnya, sebagai ibukota Indonesia, setidaknya hingga saat ini, memiliki kondisi lalu lintas yang sangat menantang. Padatnya kendaraan bermotor terutama di jam-jam sibuk membuat eco driving bisa dibilang mustahil dilakukan.

Kemacetan dan kekusutan lalu lintas justru menjadikan pengemudi harus lincah dan aktif untuk terus berpindah-pindah mengoperasikan rem dan gas kendaraan. Belum lagi habit alias kebiasaan kebanyakan pengemudi yang tak sabaran dan ingin selalu selap selip menambah sulitnya berkendara santai.

Beberapa Kendala Penerapan Eco Driving di Jakarta

Lalu Lintas yang Macet dan Ruwet

Antrian kendaraan bermotor terutama di jam-jam sibuk membuat pengemudi kesulitan untuk menjaga kestabilan gas dan rem. Dengan kondisi ini mesin akan membutuhkan bahan bakar lebih banyak di tengah lalu lintas yang terlampau macet.

Budaya Berkendara yang Agresif

Attitude banyaknya pengendara mobil atau motor yang cenderung terburu-buru dan tak lagi mengindahkan aturan lalu lintas membuat pengendara lain ikut terpengaruh. Mau tak mau implementasi eco driving pun hampir mustahil dilakukan.

Kondisi Jalan Raya yang Penuh Hambatan

Perilaku pengendara kendaraan bermotor yang tak sabaran bahkan ugal-ugalan, akhirnya membuat pengelola jalan membuat banyak infrastruktur yang bersifat antisipatif. Meletakkan banyak polisi tidur di jalan-jalan komplek, lampu merah di banyak perempatan atau pertigaan, dan lainnya. Keberadaan barang-barang ini tentu bertujuan baik, yakni memperlambat dan mengatur laju kendaraan. Namun dampak lainnya, pengaplikasian eco driving pun semakin sulit.

Kondisi Jalan yang Kurang Ideal

Lubang di jalan, lebar jalan yang hanya cukup untuk satu mobil, genangan air dan lainnya adalah hal lain yang masih kerap dijumpai di Jakarta. Keadaan ini juga ikut menjadi penyebab sulitnya menerapkan eco driving.

Apakah Eco Driving Masih Mungkin Diterapkan?

Cara Menerapkan Eco Driving di Jakarta atau Kota Besar
Cara Menerapkan Eco Driving di Jakarta atau Kota Besar (Photo: zhen tang – Pexels)

Meski banyak hambatan dan rintangan seperti di atas, nyatanya menerapkan gaya berkendara eco driving masih tetap mungkin untuk diusahakan. Dan salah satu kunci utamanya adalah kesadaran dan keinginan pengemudi untuk melaksanakannya.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan agar teman-teman bisa menerapkan eco driving di tengah keruwetan lalu lintas Jakarta atau pun kota besar lainnya.

Matikan Mesin saat Berhenti Lama

Prinsip pertama yang perlu diimplementasikan adalah mematikan mesin kendaraan saat berhenti cukup lama, contohnya saat ada kebutuhan menunggu orang di jalan.

Merawat Mesin Kendaraan agar Selalu dalam Kondisi Baik

Mesin kendaraan yang bermasalah terkadang menjadi sumber kebocoran bahan bakar yang tak disadari. Untuk itu, merawat mesin kendaraan adalah satu hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya dengan rutin mengganti oli, filter oli, dan lainnya. Dengan mesin yang sehat, hal-hal seperti keborosan bahan bakar juga dapat diminimalisir.

Memastikan Tekanan Ban Sesuai

Selain mesin, tekanan ban juga mempengaruhi kinerja kendaraan. Ban dengan kondisi kurang angin atau bahkan kempes akan mengakibatkan kendaraan harus bekerja ekstra saat melaju. Pada akhirnya hal ini akan berdampak pada keborosan bahan bakar kendaraan.

Tidak Memaksa Mesin untuk Bekerja Ekstra

Mengemudilah dengan tenang, santai, dan sesuai dengan kondisi mesin. Pastikan kendaraan tidak dipaksa bekerja ekstra. Salah satunya adalah dengan menghindari berkendara di RPM (Revolutions per Minute) tinggi. RPM yang tinggi sama dengan membuat perputaran mesin semakin keras. Hal ini tentu mengakibatkan mesin akan membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk tetap berjalan.

Jaga Jarak Aman

Cara lain bagi teman-teman untuk dapat mengaplikasikan eco driving di kota-kota besar seperti Jakarta adalah dengan menjaga jarak aman dengan kendaraan lain di sekitar kita. Dengan mengatur jarak yang aman, maka aktivitas pengereman mendadak dapat dihindari, memulai laju kendaraan sesuai dengan kemampuan mesin bisa diterapkan.

Kesimpulan

Menerapkan eco driving di Jakarta memang bisa dibilang susah-susah gampang. Selalu saja akan ada pengendara lain di sekitar yang tak sabar, arogan, atau berkendara sesuka hati. Tapi dengan terus berlatih kesabaran, meneguhkan diri, dan fokus pada tujuan, teman-teman akan mulai terbiasa dan mudah membiasakannya. Yakinlah bahwa suatu saat para pengemudi di negara tercinta ini akan lebih sadar untuk berkendara dan berlalu lintas dengan baik.

13 thoughts on “Menerapkan Eco Driving di Jakarta, Apakah Mungkin?

  1. Baru denger sih istilah Eco Driving, bagus nih jika bisa diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta. Meskipun lumayan sulit lho karena berkendara di kota-kota besar menurut saya sampe sekarang menakutkan, bayangkan lampu hijau belum menyala tapi gas sudah digeber-geber, kayak pembalap aja bikin gugup kalau kita pengendara pemula.

  2. Aku baru tahu tentang istilah ecodriving ini,,,sepertinya kalo di jalur bebas hambatan dan jalur normal mungkin eco driving bisa diterapkan namun jika kondisi jalan yang padat dan macet seperti Jakarta, sangat sulit menerapkan eco driving…

  3. Memang menantang sekali berkendara di Jakarta itu. Namun, kalau sabar dan telaten ya tetap bisa diterapkan eco driving ini. Untungnya secara langsung juga ke kita, kok. Hemat biaya dan mobil lebih awet

  4. Ini info baru banget buat saya. Saya tidak punya mobil sih jadi gak paham istilah istilah kayak gini. Perlu aku share ke suami yang kadang nyetir mobil kantor

  5. Ini info baru banget buat saya. Saya tidak punya mobil sih jadi gak paham istilah istilah kayak gini. Perlu aku share ke suami yang kadang nyetir mobil kantor. Terima kasih informasi nya kak

  6. Aku jadi paham sekarang, kenapa SIM itu diberikan ketika usia sudah 17 tahun.
    Karena memang menyetir itu gak sekedar “bisa” tetapi juga butuh kematangan emosional.
    Ngerasain banget gimana jadi driver di kota besar.
    Selain kudu memerhatikan keselamatan diri sendiri, juga pengendara lain.

    Dengan menerapkan eco driving di kota besar, ini juga belajar untuk sabar di segala suasana.
    Kalo gak pas buru-buru sih fain yaah…
    Tapi pas rush hour dan buru-buru, nah.. pasti cenderung grasa-grusu niiyh..

    Kudu menejemen waktu yang tepat jugaa.. untuk bisa menerapkan eco driving.

  7. Saya setuju dengan penerapan teknik WC driving di ibukota, dan bahkan di daerah manapun. Karena memang manfaat nya terasa banget kan ya?
    Apalagi dilihat dari teknik teknik umum dalam eco driving ada mengaplikasikan akselerasi yang halus pada mesin, menjaga kecepatan kendaraan agar bergerak stabil, menghindari pengereman mendadak, dan mematikan mesin saat parkir atau berhenti lama itu memang memiliki alasan bagus dan untuk kesehatan banyak orang juga kan ya…

  8. Terbiasa nyetir sendiri di Jakarta, saya rasa memang agak sulit menerapkan eco driving ya…apalagi kalau ketemu pengendara lain yang enggak sabaran dan kayak dikejar setan..hiks
    Semoga makin banyak yang sadar untuk berkendara dan berlalu lintas dengan baik.

  9. Setuju banget deh sama eco driving, selain ramah lingkungan juga meminimalisir konsumsi bahan bakar. Semoga berkendara eco living ini bisa diterapkan ditengah keruwetan kemacetan lalu lintas Jakarta. Dengan segala rintangan dan hambatannya..

  10. Jujur aku baru tahu istilah Eco driving ini Mbak, bisa aku share nih ke beberapa temen yang punya mobil jadi biar bisa menerapkan Eco driving juga.

  11. Semoga saja tumbuh kesadaran dari berbagai pihak untuk mendukung eco driving ini yaa… Kalau fasilitas transportasi publik bagus, semua kota bisa ikut mengadopsinya.

  12. ternyata nggak ribet ya menerapkan eco driving asal jalannya nggak macet kayak di Jakarta. tapi kadang kalau aku pas pagi mau kerja itu mau nggak mau harus ngebut juga kalau sudah mepet jamnya. heu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *