Challenge

Pasar Tradisional: Harapan dan Semangat Rakyat

Pasar sejak awal merupakan sarana dasar pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat di hampir seluruh belahan dunia. Keberadaan pasar tradisional atau pasar rakyat sangatlah diandalkan semua lapisan masyarakat, dimulai dari skala terkecil, yakni keluarga, hingga ke para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Beraneka macam sumber daya alam lokal, seperti bahan pangan, sandang, bahkan papan, bisa dengan mudahnya didapatkan di sini. Pasar dengan ciri khasnya masing-masing bahkan kerap dijadikan sebagai tujuan wisata. Keunikan pasar di setiap daerah senantiasa membawa nuansa berbeda bagi para pelancong yang sekadar ingin ikut mencicipi hidup layaknya warga lokal.

Pasar tradisional
Komoditas Pasar (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pelaku pasar sendiri pun sangat beragam. Tak seperti sebuah institusi atau organisasi, di pasar, semua orang berhak mendapat tempat. Kemauan, kreativitas, dan konsistensi menjadi kunci agar dapat tetap bertahan dalam persaingan pasar yang kini semakin meluas. Berbagai manfaat pasar rakyat inilah yang lalu membuat banyak orang menggantungkan mata pencahariannya di sana.

Imbas Perubahan Zaman pada Pasar Tradisional

Sayangnya, perubahan zaman yang semakin cepat, lambat laun telah mengurangi kebutuhan masyarakat akan kehadiran fisik sebuah pasar. Memperoleh kebutuhan hidup kini semakin dipermudah oleh platform-platform daring yang mampu memberikan kenyamanan lebih bagi penggunanya yang kian sibuk. Era digitalisasi yang mungkin awalnya diniatkan untuk memudahkan manusia nyatanya cukup berimbas pada keberadaan pasar-pasar tradisional. Belum lagi pandemi yang berlangsung satu tahun belakangan ikut menahan laju masyarakat untuk pergi ke pasar. Orang-orang enggan saling bertatap muka dan berkomunikasi secara langsung. Akibatnya pasar pun kini mulai sepi pengunjung. Fisik pasar yang seharusnya menjadi tempat penggerak perekonomian rakyat perlahan mulai ditinggalkan. Lantas bagaimana nasib para pedagang dan orang-orang yang menjadikan pasar sebagai sumber penghidupannya? Mampukah mereka beradaptasi?

Sepertinya sudah menjadi kewajiban semua sebagai anak bangsa untuk bergerak bersama. Saling membantu sesama manusia untuk keluar dari permasalahan yang ada. Tak boleh lagi ada yang merasa terpuruk dan tertinggal, saatnya bangkit bersama sahabat. Mengajak para pedagang dan pelaku pasar dengan latar belakang dan tingkat pendidikan yang beragam untuk berubah memang bukan perkara mudah. Namun tidak berarti hal tersebut mustahil dilakukan, bukan?

Mengembangkan Pasar Tradisional

Kini program-program edukasi dari berbagai institusi mulai terlihat gencar membantu para pelaku pasar melakukan transisi, terutama di kota-kota besar. Pelatihan dan ide-ide kreatif pun bermunculan. Beberapa mengajak dan memfasilitasi pedagang agar hadir di platform daring. Dengan maksud membuat penjual sayur dan daging untuk mulai menawarkan dagangannya menggunakan media baru ini. Tak lupa diikuti dengan layanan antar langsung ke pembeli yang akhirnya memberdayakan banyak pekerja baru di sektor transportasi. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan juga tak mau ketinggalan peran berkarya dengan mengadakan berbagai acara seperti festival pasar rakyat. Tujuannya adalah mempromosikan segala kelebihan pasar sehingga masyarakat tertarik turut andil memakmurkan pasar tradisional atau para pemilik toko-toko kecil yang ada di sekitar. Slogan ataupun gerakan seperti “Kembali ke Pasar” dan “Yuk, Belanja di Pasar!” mulai banyak bertebaran.

Pasar tradisional
Kios Buah di Pasar (Sumber: Canva – oleh Aulia Firdiani V)

Walau pada akhirnya perubahan infrastruktur pasar di masa kini tetap tak terhindarkan. Namun keberagaman atau kemajemukan yang ditawarkan pasar rakyat sepertinya memang belum dapat tergantikan. Harapan dan semangat masyarakat untuk memudahkan, menunjang, dan mengembangkan keberadaan pasar-pasar tradisional akan selalu hadir.

2 thoughts on “Pasar Tradisional: Harapan dan Semangat Rakyat

  1. Kalau lagi pulang kampung, saya suka sekali belanja ke pasar tradisional. Tapi di sini, males, hehe. Soalnya pasar tradisionalnya ga teratur. Masa iya pasar sama jalan nyatu. Sambil belajan di klakson-klakson. Kebetulan sih pasar tradisional di tempat tinggal saya sekarang kayak gitu. Dulu waktu tinggal di matraman, suka sih ke Pasar Palmeriam (yang bagian dalam pasarnya, bukan yang di pinggir jalannya).

  2. hehehe..Memang kalau di kota besar, padatnya pasar seringkali jadi tantangan tersendiri ya Mbak.. Tapi sepertinya sekarang mulai banyak juga perbaikan dan modernisasi pasar, sehingga pasar pelan-pelan mulai terlihat lebih rapi..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *