Berikan Kail bukan Ikannya (Photo: Oleksandr P - Pexels)
Issues & Lifestyles

Memberi Kail Lebih Baik daripada Ikan

Baru saja lewat di salah satu media sosial saya. Ada seseorang, sebut saja Pak A, yang dipinjami uang dengan nominal tak sedikit oleh salah satu kerabat jauhnya, Pak B. Saat ditanya apa tujuannya, ternyata untuk memulai sebuah usaha gerobakan. Pak A lalu mengajak bicara Pak B dan menjelaskan bahwa ia berkenan memberikan uang pada Pak B namun dengan satu syarat. Ia mengajak Pak B bekerja terlebih dahulu padanya. Di akhir bulan, Pak A akan memberikan uang pada Pak B sebagai upah atas hasil kerjanya. Dengan begitu, Pak B dapat memulai usaha menggunakan uang tersebut.

Respon Netizen

Beberapa netizen pun banyak yang menghujat Pak A. Ada yang mengatakan Pak A tidak ikhlas memberi, Pak A terlalu perhitungan, dan lain sebagainya. Namun tak sedikit juga yang memberi dukungan. Apa yang dilakukan Pak A sudah benar, memberi kail lebih baik daripada ikan. Dengan meminta Pak B bekerja, maka ia akan lebih menghargai keringatnya sendiri sebelum kemudian memulai usaha baru.

Entah mengapa saya pun sering membaca curhatan netizen tentang hutang piutang. Banyak yang berhutang akhirnya justru menyepelekan hutangnya. Merasa yang dipinjam adalah orang berada, maka si yang berhutang merasa berhak dan menuntut keikhlasan si pemberi hutang untuk memutihkan hutangnya. Sehingga saat ditagih, justru yang berhutang menjadi lebih galak daripada si pemberi hutang. Naudzubillahi min dzalik.

Beratnya Urusan Hutang Piutang

Entah mengapa semakin ke sini, sepertinya banyak orang yang menggampangkan hutang. Bahkan tak sedikit yang berhutang hanya demi memenuhi gaya hidup, seperti membeli barang-barang sekunder atau primer. Dan yang menyedihkannya, mereka seperti memiliki niat tak membayarnya.

Berhutang (Photo: KHUNKORN – khunkorn)

Dalam Islam sendiri, sebenarnya hukum hutang piutang ini telah diatur sedemikian idealnya oleh ALLAH Subhanahu wa ta’ala. Di Al Quran banyak ayat yang bisa dijadikan referensi, begitu pula dalam hadist. Saya sendiri sesungguhnya belum merasa mampu mengupas bab hutang piutang ini berdasarkan landasan-landasan mulia tersebut. Namun secara manusiawi dan normal sosial saja, seharusnya kedua belah pihak tahu batasan masing-masing, bukan?

Pihak yang memberi hutang wajib mengingatkan yang diberi hutang. Sedang yang berhutang, wajib membayar hutangnya. Dan saya yakin, jika semua dikomunikasikan dengan baik, maka seharusnya urusan satu ini bisa menjadi mudah. Sayangnya, kenyataan yang terjadi di sekeliling kita tak seindah harapan. Banyak orang yang berhutang cenderung menunda-nunda membayar hutangnya. Padahal jika ada kendala atau merasa belum sanggup membayar hutang, bukankah lebih baik memberi tahu si pemberi hutang? Bahkan tak sedikit kasus bahwa yang berhutang akhirnya kabur atau menghilang. Akhirnya karena hutang piutang silaturahmi pun terputus.

Berikan Kail Bukan Ikannya

Istilah di atas sepertinya menjadi tepat untuk diterapkan di masa kini. Saat ada orang yang niat berhutang dan bukan untuk hal yang penting atau genting seperti sakit atau kekurangan pangan, ada baiknya kita menawarkan solusi lain. Alih-alih memberi uang langsung, kita bisa mencarikan atau memberi ide pekerjaan yang bisa menambah pemasukan misalnya.

Perkara “berikan kail bukan ikannya” ini memang terkesan lebih rumit dan sulit. Tapi dengan memberikan pilihan ini, akan ada banyak kebaikan di dalamnya. Di antaranya, orang yang tadinya ingin berhutang dapat berpikir panjang dan lebih menghargai nilai uang yang didapatnya. Silaturahmi antar kerabat atau teman pun bisa tetap terjaga. Yah, walau merubah mindset atau pola pikir seseorang memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi setidaknya kita sudah menawarkan solusi yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Solusi yang sama juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Daripada memberi uang pada kerabat atau teman yang kurang mampu namun masih dalam usia produktif, akan lebih bermanfaat jika kita memberi kail saja. Harapannya tentu agar mereka bisa hidup mandiri dan memancing rezekinya sendiri.

Baca Juga: Big Fish in a Small Pond atau Sebaliknya?

#KLIP #SetoranJan25

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *