When Nature Calls

Perubahan Iklim di Sekitar Kita Itu Nyata!

Fenomena puting beliung terjadi di beberapa daerah di Pulau Jawa sebulan terakhir ini. Bandung, Sukabumi, Boyolali, Pati, dan masih banyak lagi kabupaten menjadi korbannya. Puluhan rumah rusak, pohon-pohon bertumbangan. Kejadian ini belum termasuk dengan hujan es yang sempat terlihat di beberapa wilayah. Juga fenomena waterspout atau pusaran air laut yang tertarik hingga ke awan sempat terlihat dari Trenggalek (sumber: detik.com)1. Semuanya menjadi akibat dari perubahan iklim di bumi.

Duh, betapa mengerikan ya teman-teman jika alam mulai menunjukkan taringnya. Belum lagi keadaan cuaca di sekitar kita semakin tak menentu. Setelah panas yang begitu terik, hujan pun bisa tiba-tiba turun dengan derasnya. Area sekitar rumah saya pun beberapa kali terkena imbasnya, banjir menggenangi sebagian besar jalan dan rumah. Padahal dulu kejadian ini bukan hal yang lazim.

Dampak dari Perubahan Iklim
Banjir di Sebuah Pemukiman (Sumber: Pexels for Canva by Pok Rie)

Mengutip dari situs BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika), dari data beberapa lokasi pengamatan BMKG, cuaca bulan Februari tahun 2022, meningkat 0.1 derajat celcius jika dibandingkan dengan suhu rata-rata pada bulan yang sama, yaitu Februari, sepanjang 30 tahun terakhir. Tambah lagi, suhu di bulan Februari 2020 kini termasuk dalam peringkat ke 13 anomali tertinggi sejak 40 tahun lalu (sumber: bmkg.go.id)2.

Lalu kira-kira apa artinya data-data ini ya? Sebagai orang awam, saya pun lantas menyimpulkan bahwa perubahan iklim itu begitu nyata dan dekat dengan kita.

Lalu Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Perubahan Iklim?

Tentu tak dipungkiri, perilaku manusia, para warga bumi, menjadi salah satu penyebab utamanya. Kehidupan sebagian besar dari kita memang nampak semakin mudah dan membaik. Namun dibalik semua kemewahan dan fasilitas, ada banyak hal-hal berbau instan yang menjadikan kita abai dengan lingkungan. Perihal membuang sampah pada tempatnya saja misalnya, masih sering dianggap enteng oleh masyarakat sekitar.

Sampah dari aneka bahan pangan, sandang, dan papan kebanyakan hanya berakhir dengan dibakar di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan jumlah yang tak sedikit. Pada tahun 2020 saja, jumlah sampah nasional mencapai 67.8 juta ton (sumber: indonesia.go.id)3. Bayangkan, dalam satuan juta ton!

Gunung Sampah di TPA
Gunung Sampah (Sumber: Pexels for Canva by Tom Fisk)

Tak lupa jejak karbon dari kendaraan bermotor dan aktivitas manusia sulit sekali diturunkan. Saat ini bukan suatu hal yang aneh menemukan kendaraan roda empat warawiri diisi hanya oleh 1 orang saja. Belum lagi polusi karbon dari pabrik dan pembukaan lahan hutan. Semua itu pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca. Atmosfer memerangkap karbondioksida dan gas-gas lainnya dan mengakibatkan suhu permukaan bumi semakin tinggi atau memanas. Dan kini kita sudah merasakan dampaknya, bukan?

Perubahan iklim kian hadir dan membawa bencana dimana-mana. Cuaca berubah tak menentu. Wilayah yang tadinya kering, kini banjir besar. Daerah yang tadinya sejuk dan subur menjadi kering kerontang. Gagal panen juga ikut menjadi salah satu akibat yang langsung dirasakan.

Sesungguhnya Kita Sedang Berpacu dengan Waktu

Memang beberapa perbaikan dan penyesuaian menghadapi perubahan iklim telah dimulai. Baik oleh para pemangku kebijakan maupun masyarakat melalui tindakan-tindakan mandirinya. Namun sepertinya kita semua perlu bergerak lebih cepat dan segera memulai. Tak boleh hanya pasrah dengan nasib, karena ternyata banyak hal yang bisa dilakukan untuk membenahi keadaan.

Ingat, perubahan besar selalu dimulai dari perubahan-perubahan kecil. Semua kita lakukan #UntukmuBumiku.

Di sini, peranan kita sebagai perempuan menjadi cukup penting. Dengan memulai gerakan-gerakan kecil dari dalam rumah, para perempuan dapat saling mendukung dan beraksi bersama untuk bumi. Let’s #TeamUpforImpact ! Terus semangat mengampanyekan dan mengedukasi segala kegiatan baik yang dapat mengurangi bahkan mengantisipasi perubahan iklim. Walau mungkin dampaknya belum akan segera dirasakan, namun perjuangan ini tentu ada manfaatnya. Terutama bagi kehidupan anak cucu kita di masa yang akan datang.

Lalu langkah-langkah apa saja yang bisa kita lakukan saat ini juga? Berikut ini adalah beberapa aktvitas yang mungkin dapat mulai menginspirasi teman-teman ya.

1. Lakukan Reduce, Reuse, Recycle Semaksimal Mungkin

Sebuah konsep yang sudah digaungkan semenjak puluhan tahun lalu. Ajakan untuk mengurangi, mengelola, dan menggunakan kembali sisa konsumsi manusia. Tujuannya tentu mulia, di antaranya adalah mengurangi gaya hidup yang penuh pemborosan khas kebanyakan orang zaman sekarang. Untuk itu, yuk, jadi manusia yang lebih bijak dalam menggunakan sumber daya alam.

Terapkan langkah Reduce (mengurangi) dengan setidaknya melakukan beberapa hal di bawah:

  • Masaklah bahan pangan secukupnya.
  • Belilah pakaian yang tepat guna.
  • Hindari keinginan memiliki barang-barang sekunder atau tersier yang kemungkinan tidak memberi nilai manfaat.
  • Hindari pemakaian plastik sekali pakai.
  • Bawa wadah sendiri ketika berbelanja makanan atau minuman di luar.

Kemudian lanjutkan dengan langkah Reuse ya teman-teman. Pakai ulang barang-barang yang masih dapat digunakan. Modifikasi jika perlu. Kita tentu akan terkejut betapa masih sangat berguna aneka benda di rumah yang mungkin sudah kita lupakan keberadaannya.

Tak lupa usahakan untuk melakukan Recycle atau mendaur ulang sisa konsumsi kita. Bahan pangan sisa misalnya, bisa dijadikan kompos. Plastik dan minyak jelantah dapat dikumpulkan dan diserahkan kepada bank sampah untuk didaur ulang. Kain atau pakaian bekas pun bisa diserahkan kepada pihak jasa kelola sampah, yang saat ini mulai menjamur keberadaannya. Selalu olah dan pilah sampah.

Pilah Sampah dan Kirimkan ke Bank Sampah untuk Daur Ulang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2. Belajar Membuat Kompos dari Sisa Bahan Makanan

Cara lain mengurangi sampah berakhir ke TPA adalah dengan belajar membuat kompos di rumah. Kebanyakan sampah organik dari dapur sangat memungkinkan diolah menjadi kompos. Nantinya kompos-kompos ini akan berguna sebagai media dan unsur hara bagi tanaman.

Aktivitas mengkompos ini adalah sebuah siklus daur ulang oleh alam yang canggih. Di mana semua prosesnya sudah diatur sedemikian mudah oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Sedangkan kita sebagai manusia hanya tinggal memantapkan diri untuk mengeksekusinya.

3. Hindari atau Kurangi Penggunaan Pembalut atau Popok Sekali Pakai

Bagi wanita, segeralah beralih dari pembalut sekali pakai ke pembalut kain atau Menstrual Cup (cawan menstruasi). Tak lupa coba kurangi pemakaian popok sekali pakai pada anak terutama ketika sedang di rumah. Memang mengubah kebiasaan-kebiasaan ini tak selalu mudah dilakukan. Namun semuanya tetap bisa diusahakan.

Popok Kain dan Menstrual Pad
Popok Kain dan Menstrual Pad (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Demi memacu semangat, coba bayangkan berapa banyak sampah pembalut yang bisa kita kurangi setiap bulannya dengan penggunaan pembalut kain atau Menstrual Cup. Hal yang sama juga akan terjadi ketika kita mengurangi pemakaian popok sekali pakai untuk anak dan menggantinya dengan cloth diaper atau popok kain.

Baca juga: Pilih Mana, Reusable MensPad atau MensCup ya?

4. Hijaukan Lingkungan Sekitar Rumah dengan Bercocok Tanam atau Berkebun

Melakukan penghijauan kecil-kecilan di rumah dengan berkebun dan menanam sayur mayur nyatanya bisa dan mudah dilakukan loh. Saat ini berbagai metode telah hadir untuk mempermudah kita bercocok tanam di rumah. Menggunakan teknik hidroponik misalnya. Bayam dan Kangkung pun bisa tumbuh dengan segarnya dalam 2 – 3 minggu. Tak perlu khawatir kekurangan lahan, karena berwadahkan paralon dan baskom saja kita sudah bisa menghasilkan sayur mayur sendiri di rumah.

Baca juga: Menanam Sayuran dengan Metode Hidroponik, yuk!

Menanam Sayur di Rumah dengan Metode Hidroponik (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selain bercocok tanam, penting juga untuk menyelipkan beberapa tanaman atau pohon penahan banjir di pekarangan. Biasanya tanaman anti banjir ini adalah tanaman yang memiliki akar dengan daya serap air yang tinggi. Selain berfungsi menahan air, beberapa di antaranya mampu menghasilkan pangan untuk kita juga loh. Contohnya bambu, mangga, akar wangi (vetiver), pepaya, dan palem. Banyak kegunaannya kan?

Semua #UntukmuBumiku

Ternyata begitu banyak gerakan yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim ya. Semua bisa dilakukan dengan bergandengan tangan, berkolaborasi antara semua elemen masyarakat. Pengelola negeri bergerak menentukan kebijakan yang tepat bagi lingkungan. Sedangkan masyarakat, dalam lingkup yang lebih kecil terus aktif dan hadir menjalankan inisiatif-inisiatif yang bermanfaat.

Perubahan iklim memang nyata adanya. Oleh karena itu, mari bergerak dan memperbaiki keadaan. Let’s #TeamUpforImpact!

Untukmu Bumiku (Sumber: Desain pribadi menggunakan Canva)

Jadi kira-kira dari ke empat hal di atas, hal apa yang sudah atau akan teman-teman lakukan dalam waktu dekat? Yuk, berbagi di kolom komentar. Kita saling mendukung dan menginspirasi, karena semua #UntukmuBumiku.

Referensi:

35 thoughts on “Perubahan Iklim di Sekitar Kita Itu Nyata!

  1. beberapa hal kecil sudahs aya lakukan untuk reduce, recycle, dan reuse beberapa produk di rumah, semoga makin banyak masyarakat yang sadar untuk keselamatan alam ini, dan perubahan iklim ke arah yang lebih baik

  2. Masyaa Allah. Benar ini Mbak. Kita harus menjaga bumi dimulai dari hal hal kecil. Kalau suamiku rutin mengingatkan sisa makanan dikumpulin. Lalu dicampur ke daun daun kering untuk dijadikan. Tugasku cuma ngumpulin sisa makanan aja. Bagian buat pupuk tentunya suamiku, bukan aku, xixixi.

  3. Dengan konsisten melakukan hal-hal kecil dan mencontohkannya kepada anak-anak, maka semoga bisa perlahan bisa save our earth. Salut banget dengan gerakan 1 jam mematikan listrik, reuse, reduce dan recycle dan masih banyak lagi.

  4. Alhamdulillah sudah mulai mencoba semua empat point itu. Tinggal konsisten nya saja. Semoga bisa memberikan kontribusi untuk kelestarian bumi

  5. Kalau lah kita semua menyadari… Tapi Masih butuh edukasi terus . Padahal dalam al-qur’an sudah dijelaskan dengan tegas kerusakan bumi terjadi akibat ulah kita sendiri

    1. Hix.. betul sekali Mbak. Sudah diingatkan terus menerus ya kita.. di Al Quran pun sudah ada panduannya. Tapi masih saja sering dilanggar..

  6. MasyaAllah kece banget hidroponik nya mba ๐Ÿ˜ betul banget yaa.. menjaga bumi memang dimulai dari diri sendiri

    1. Sepakat Mbak. Saya pun masih harus banyak belajar ini urusan hidroponiknya hehe. Kadang telat panen, sayurnya pun terlanjur pahit >_<

    1. Sama Mbak, saya pun rasanya masih harus terus belajar untuk urusan satu ini. Memanfaatkan resource secukupnya, hanya beli yang dibutuhkan, dan masih banyak lagi..

  7. Saya udah sepuluh tahun gak beli baju baru. Komitmen untuk mengurangi sampah pakaian. Kalaupun ada yang baru, itu pemberian. Kalaupun beli, hanya pakaian dalam saja.

  8. Bener banget mbaa, perubahan cuaca yang ekstrem, banyak bangett buntutnya ini sebenernya, tapi gimana yah banyak orang yg ngga ngeh dikira itu ya biasa aja bukan efek dari perubahan iklim, jadi mereka akan berdalih ngga merasakan secara langsung gitu

    1. Memang menyebarkan awareness hal-hal seperti ini lumayan ya perjuangannya Mbak. Kadang kita pun jadi tergoda atau terpeleset kembali lagi ke titik minus. Mudah-mudah semakin banyak yang sadar akan bahayanya perubahan iklim..

  9. Kesadaran masyarakat termasuk diri saya sendiri masih cenderung minim untuk urusan ini. Padahal semua merasakan dampaknya

  10. Iya nih, mbak. Beberapa tahun terakhir memang berasa banget ya perubahan iklim kita. Mulai dari banjir sampai cuaca yang tidak menentu. Memang seharusnya kita bisa melakukan usaha sebisa mungkin dalam hal menjaga kelestarian bumi ini

    1. Betul Mbak, kita coba lakukan apa yang kita bisa dulu ya.. Setidaknya dari rumah sendiri.. Semoga awareness-nya pun semakin meluas nanti..

  11. Bener banget mbak, tanggung jawab menjaga kelangsungan bumi agar tetap lestari adalah tanggung jawab semua manusia, yah…kita. Aku dan keluarga di rumah mulai mengurangi penggunaan tempat sekali pakai, seperti botol minum dan barang-barang rumah tangga.

    1. Sepakat Mbak.. Sisa konsumsi kita memang tanggung jawab kita ya sebenarnya.. Keren Mbak, sudah aktif berpartisipasi dari rumah.. ๐Ÿ™‚

  12. Klo aku yg paling sulit plastik kresek item mbk. Kami kan jualan ikan. Tiap ngambil ikan para suplier pasti ngasihnya assoy itam yg tebal itu.

    1. Wah iya, kresek tebal memang jadi PR yang lumayan ya Mbak.. Mudah2an nanti bisa ketemu alternatif atau solusi yang memudahkan ya Mbak..

  13. masyaa Allah gujung sampahnya ngeri ya mba, apalagi sebagian besar sampah plastik yang susah dilebur, dan baru2 ini makin sedih karena ad kiriman sampah ilegal dari kanada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *