Social Media (Photo: JESHOOTS - Pexels)
Issues & Lifestyles

Serba-Serbi Dunia Maya

Beberapa pekan lalu, saat saya sedang bersantai sambil scrolling akun instagram, tiba-tiba muncul notifikasi. Di layar yang saya baca dengan mata setengah mengantuk, tertulis “suspended”. Sedikit kaget, saya segera mengikuti petunjuk berikutnya. Saya pun otomatis meng-klik tombol “appeal” alias meminta banding agar akun saya tidak hilang. Sambil setengah sadar, saya coba mencerna apa yang terjadi. Kesalahan apa yang sudah saya lakukan ya dengan akun instagram ini?

Saya termasuk orang yang tak terlalu rutin posting di sosial media. Walau niat menjadikan instagram sebagai sarana branding, tapi nyatanya setiap kali ingin mem-posting sesuatu, pertimbangan saya banyak sekali. Khawatir ria, khawatir feed-nya jadi terlihat jelek, tidak estetik, dan masih segudang hal lain saya pikirikan. Lalu saya berbuat salah apa ya di platform ini, sehingga tiba-tiba akun saya di-suspend alias ditangguhkan? Berulang kali saya coba me-reset akses melalui email. Tapi nyatanya tidak ada email yang masuk ke inbox saya. Ah, mungkin sebaiknya saya tunggu saja beberapa waktu dan mungkin saya bisa beruntung mendapatkan akun saya kembali normal, pikir saya.

Dan saat ini sudah hampir 2 minggu berlalu dan akun saya tersebut belum juga dapat diakses. Bahkan sepertinya sudah hilang blas, tak berbekas. Awal-awal saya sempat sedikit kesal dan kecewa sih. Tapi lama kelamaan, otak saya pun bisa diajak bekerja sama. Yahhh, beginilah salah satu kerugian dunia maya. Orang bisa begitu cepat terkenal, tapi saat hilang pun tak ada orang yang menyadarinya kecuali si empunya akun.

Timbul Tenggelam di Dunia Maya

Kali ini pengalaman hilang akun pun terjadi pada putra saya. Anak remaja, yang sedang gemar memainkan sebuah game online ternama, tiba-tiba mendapatkan notifikasi bahwa akun game-nya login (masuk) di perangkat lain. Game yang sedang ia mainkan pun terputus dan tak bisa lagi diakses. Panik sambil setengah berkaca-kaca, ia pun melaporkannya pada saya. Tentunya sambil berharap saya bisa membantu menyelesaikan masalahnya. Tapi, sama seperti kasus akun saya yang hilang di instagram, hal-hal seperti ini pun tak mudah diselesaikan.

Pemilik game, entah itu perusahaan atau perorangan, selalu membuat langkah-langkah yang rumit dan njelimet untuk ini. Si pemilik akun akan dilempar ke portal atau formulir ini dan itu untuk melaporkan masalahnya. Dan setelah mencari berbagai informasi dari forum-forum yang tersedia di luar, sedikit muncul rasa ragu bahwa hal ini bisa diselesaikan dengan baik. Terutama untuk kasus-kasus akun di-hack (diambil) seperti ini.

Tanpa mencoba menghakimi, sedikit nasihat pun dengan tak terbendung keluar dari mulut saya. “Memang beginilah Bang, hidup di dunia maya.” Semudah itu akun atau identitas kita hilang. Yang berarti usaha dan hasil karya yang telah dirintis sejak awal pun buyar tanpa jejak sebegitu gampangnya.

Diretas
Diretas (Photo: Dragos Condrea – Getty Images)

Teknologi Memang Memudahkan, tapi..

Teknologi memang memudahkan. Ia diciptakan dan dikembangkan untuk membantu memudahkan manusia mengerjakan banyak hal. Hanya selalu ada dua sisi pada satu hal. Teknologi pun memiliki sisi-sisi di mana ia bisa dimanfaatkan untuk berbuat keburukan atau kejahatan. Seperti yang terjadi pada saya di atas.

Menggunakan teknologi pada kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang menguntungkan dan wajar di era kini. Tapi bergantung padanya menurut saya adalah sebuah kesalahan. Teknologi yang digadang-gadang selalu membawa manfaat, saat disalahgunakan atau gagal menjalankan fungsinya akan menjadi boomerang bagi kehidupan manusia.

Seseorang yang tergantung pada media sosial misalnya. Saat ia begitu mengandalkan medsos, untuk mendapatkan penghasilan atau untuk memperoleh perhatian manusia, maka semakin beratlah terasa dunia ini dijalani. Akun sepi pengunjung, kepala pusing; Tidak ada pendapatan di hari itu, semakin stres; Dan yang paling berat mungkin saat akun yang dibangga-banggakan itu akhirnya hilang tanpa alasan. Entah diretas, dilaporkan, bahkan alasan lain yang hanya si pemilik aplikasi yang tahu sebabnya mengakibatkan otak seakan ingin teriak. Yup, tak sampai satu detik sebuah akun digital atau maya ini bisa hilang tanpa bekas. Sedih, bukan?

Baca Juga: Ingin Belanja Murah, Malah Tertipu Jutaan Rupiah

Dan parahnya, untuk kembali ke dunia nyata setelah sekian lama menghabiskan pikiran di dunia tanpa fisik itu juga tak mudah. Otak ini terlalu terbiasa berada di alam khayal. Seperti sebuah kecanduan yang perlahan-lahan menjerat jiwa. Manusia pun sulit untuk kembali ke alam nyata.

Gunakan Lalu Lepaskan

Dan sebagai bentuk pencegahan ke depannya, saat ini akhirnya saya mulai belajar untuk tak terlalu terpaku dengan dunia sosial media. Saya berniat akan berusaha tak lagi terlampau terikat dengan gadget dan isinya. Begitu pula pada anak-anak, mereka saya ajarkan agar paham bahwa apa yang ada dibalik layar perangkat alias gadget hanyalah sesuatu yang sementara. Memang ia bisa memberi manfaat, tapi juga bisa membawa mudarat. Semakin digenggam, semakin sulit pula kita keluar dari kungkungannya.

Dunia digital nyatanya begitu rapuh. Tak selalu berhubungan dengan hal-hal yang rumit, semudah saat listrik tiada, di saat itu pula tidak ada lagi digitalisasi. Sehingga sebagai manusia, mungkin ada baiknya juga kita belajar untuk kembali hidup seperti dulu. Berkenalan dengan alam, belajar mengoperasikan sumber daya yang ada secara manual uintuk bertahan hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *