Tempat Sempit dan Gelap
Entah sejak kapan rasa takut akan tempat sempit dan gelap itu datang. Jika mengingat pengalaman masa kecil, rasanya belum pernah ada kejadian seram yang begitu membekas tentang ini. Hanya samar-samar saya ingat pernah melihat sebuah kotak besar yang entah bagaimana menurut saya kotak itu tidak bisa dibuka dari dalam. Lalu otak kecil saya mulai membayangkan jika harus terjebak di dalam kotak tersebut tanpa ada satu orang pun yang tahu. Berteriak, memanggil, mencoba membuka tutup atau pintunya dari arah dalam, tapi tidak ada yang mendengar. Hiii, membayangkannya saja sudah membuat saya bergidik. Apa mungkin saya terlalu banyak membaca komik atau cerita misteri ya?
Terjebak di Kerumunan Masa
Pikiran saya kemudian menggali memori masa lalu. Ada suatu momen saat saya harus berjalan di tengah-tengah sekumpulan massa yang menyusuri sebuah lorong padat. Dari yang awalnya biasa-biasa saja, seketika perasaan takut akan terhimpit orang-orang di sekitar hadir. Saat itu saya memang kesulitan untuk memandang jauh ke depan karena di sekeliling saya penuh dengan orang-orang berpostur tinggi besar. Saya pun mulai merasa sukar mendapat oksigen dengan bebas. Belum lagi keringat yang mulai membasahi pakaian, jilbab, dan pelipis membuat saya semakin terlihat panik. Apalagi saat itu saya sedang menggendong si kecil dan harus berpisah sejenak dari suami. Horor sekali rasanya.
Entah kenapa, di saat itu perasaan ingin berteriak dan segera berlari menjauh dari kerumunan muncul. Hanya hal tersebut kemudian urung saya lakukan karena khawatir justru membuat rusuh keadaan. Teringat beberapa kasus seperti tragedi Terowongan Mina beberapa tahun silam dan tragedi Stadion Kanjuruhan 2 tahun lalu yang berujung pada korban jiwa. Kerumunan massa yang panik membuat orang hilang akal, berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing tanpa mempedulikan orang lain.
Akhirnya sebuah kesempatan pun datang, saya bisa menemukan celah untuk keluar dari arus manusia yang berbondong-bondong tersebut. Sambil berdesakan dan terus terdorong, segera saya berjalan menyelinap ke tepi dan menjauhi kerumunan itu. Saya mencari tempat aman untuk duduk sejenak sambil menenangkan diri.
Panik di Basemen Gedung Parkir
Kejadian kedua yang masih ada dalam ingatan saya adalah saat sedang berada di dalam sebuah gedung parkir. Kala itu saya berniat mencari sebuah barang yang ada di sebuah mal besar di kota tempat tinggal. Gedung parkir mal tersebut terbilang sedang cukup padat, sehingga saya terus diarahkan petugas parkir untuk turun menuju ke basemen. Basemen lantai pertama nyatanya sudah dipenuhi kendaraan. Saya pun kemudian diminta untuk turun lagi ke basemen berikutnya yang berarti lokasinya semakin jauh di bawah gedung.
Walaupun dipenuhi penerangan, entah kenapa ruang-ruang parkir yang saya lalui terasa gelap dan sempit. Langit-langit basemen terlihat rendah membuat semua hal yang ada di sekeliling terasa semakin sesak menghimpit. Tiba-tiba di kepala saya muncul ingatan akan film tentang bencana gempa di sebuah kota. Saya pun mulai berhalusinasi, bagaimana jika ada gempa dan kami semua yang ada di bawah sana terkubur di dalamnya. Astaghfirullah. Perasaan cemas begitu menghantui. Segera saya arahkan kendaraan keluar, meninggalkan gedung parkir tersebut secepat yang saya bisa agar bisa bernapas lega.
Klaustrofobia Sebutannya
Mungkin saya memiliki sedikit rasa klaustrofobia. Rasa takut yang muncul jika harus berada atau terkurung di dalam tempat yang kecil, sempit, dan gelap. Pemicunya bisa berbagai macam hal, contohnya saat harus masuk ke dalam lift, lubang, kotak besar, bahkan melewati terowongan atau lorong yang gelap. Semua hal-hal tersebut bisa membuat penderitanya ketakutan setengah mati. Ciri-ciri lainnya lalu mulai tampak dan berkembang. Badan yang berkeringat, kesulitan bernafas, resah, gelisah, hingga pikiran yang kalut menjadi satu.
Walau begitu, saya yakin bahwa sebenarnya saya belum dapat dikategorikan sebagai penderita klaustrofobia akut. Saat bertemu dengan suasana yang dapat memicu munculnya perasaan takut, saya masih bisa memberanikan diri dan mencoba mengalihkan konsentrasi pada hal lain. Otak saya belum sepenuhnya kalut. Maka meski ada beberapa kejadian lampau yang cukup membekas di memori, saya tetap bersyukur karena semua bisa dilalui tanpa ada kendala yang berarti.
Kejadian yang Membawa Hikmah
Seiring bertambahnya usia, perasaan takut akan tempat sempit dan gelap masih tetap muncul. Oleh karena itu, sebisa mungkin saya menghindari lokasi ataupun tempat-tempat yang nampak sempit dan gelap. Hanya saja, jika memang terpaksa maka saya tetap akan coba melewatinya dengan baik. Contohnya ketika harus wara-wiri dengan lift di sebuah gedung misalnya, maka saya akan mengusahakan untuk tetap berlaku normal dan wajar. Terlebih lagi jika di depan anak-anak. Ekspresi wajah yang biasa saja harus selalu terpancar walau sebenarnya hati sedang cemas ketar-ketir.
Pengalaman-pengalaman di atas pada akhirnya membawa banyak hikmah dan pelajaran. Berikut beberapa hal yang biasanya saya lakukan saat sedang mengalami rasa was-was dan takut akan tempat sempit.
1. Tarif nafas panjang beberapa kali
Mulailah menarik nafas panjang dan hembuskan dengan tenang. Hindari banyak bergerak sehingga menimbulkan efek lainnya seperti badan yang semakin berkeringat dan kelelahan.
2. Mulai berdzikir atau banyak berdoa
Banyak-banyak berdoa dan memohon perlindungan pada ALLAH Yang Mahakuasa. Yakin bahwa semua akan berjalan baik dan dimudahkan. Semua yang terjadi di dunia ini selalu dalam pengawasan-Nya.
3. Fokus pada jalan keluar dari tempat sempit dan gelap tersebut namun tetap waspada
Carilah jalan keluar terdekat jika memungkinkan. Namun jangan melupakan hal atau orang di sekeliling kita. Dalam keadaan seperti itu, kepanikan biasanya justru membuat orang bertindak gegabah tanpa berpikir panjang seperti saling mendorong, emosi negatif yang meluap, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin, kita harus tetap waspada dan memproteksi diri dari hal-hal semacam itu.
4. Pecah konsentrasi dengan melakukan hal-hal yang positif
Mengobrol dengan orang sekitar adalah salah satu hal yang cukup ampuh untuk memecah konsentrasi kita dari stres atau cemas terhadap tempat sempit dan gelap. Cara lainnya, teman-teman juga bisa fokus mengingat hal-hal yang perlu dilakukan atau dikerjakan saat itu. Dengan pikiran yang mulai terbagi, maka umumnya kadar panik pun akan mulai turun dan menghilang.
Nah, kalau teman-teman sendiri apakah ada trauma masa lalu yang masih terbawa hingga kini? Ada tips cara mengatasinya? Share yuk di kolom komentar.
#RBMNov24 #RBMIPJakarta #tantanganmenulis
Referensi:
- Kenali Tanda-Tanda Claustrophobia (Halodoc)
Aku kayanya mulai mengalami hal yang sama sejak merasa badan gemukan dan napas makin pendek. Jadinya harus sering melatih diri untuk tenang
Temenku juga ada yg model gini mbak. Sampai dia gak pernah naik lift Krn takut di tempat sempit gitu. Baru tau ternyata istilahnya Klaustrofobia
Ternyata ada banyak jenis phobia ya, kalo aku punya phobia ngak terlalu suka laut atau kolam yang dalam, karenanya sampai setua ini aku ngak bisa berenang. Kalo pulang kampung ke Sumatera naik kapal, biasanya aku cuma didalam aja, jarang liat-liat laut apalagi berdiri di pinggir, rasanya ngeri liat air yang begitu banyak. usut punya usut ternyata waktu umur dua atau tiga tahun kata ibuku pernah hampir tenggelam, dan itu menimbulkan trauma sampai sekarang loh. Mudah-mudahan kita selalu dilindungi ya mbak.
Terima kasih sudah berbagi kalustrofobia yang dialami plus cara mengatasinya. Semoga makin membaik kondisinya dan siap berada di mana saja ya Mba..
Kalau saya takut pada ketinggian yang langsung di hadapan. Misalnya naik tangga yang tanpa pengaman dan curam, berdiri di pinggir bangunan tinggi..naik wahana yang diayun ke ketinggian dll. Meski makin ke sini makin membaik sih. Cuma kalau memang ragu saya pilih enggak ikut naik daripada di tengah jalan kenapa napa..
Ternyata kalo sudah fobia memang sedasyat itu ya mba efeknya meskipun seperti yang mba tulis belum akut tapi sudah semenakutkan itu apalagi kalo sampai akut…
Semoga nanti sedikit demi sedikit fobia nya bisa dikendalikan ya mba syukur2 kalo akhirnya sudah bisa kembali normal…
iya sering denger klaustrofobia ini. Bikin seseorang panik, takut, gelisah, sampe susah napas gitu di tempat sempit dan gelap. Ternyata walaupun udah dewasa, juga bisa ketrigger lagi ya klo ketemu pemicunya. Memang ngga mudah sih mba mengatasinya, semangat ya mbaaa!!!
maasyaAllah, kebayang betapa ayat Allah, minadzdzulumaati ila annur…dari kegelapan menuju cahaya itu benar benar akan bermakna sekali ya buat orang-orang yang memiliki klaustrofobia ini. semoga segera berkurang bahan bisa hilang ya…
Alhamdulillah sejak kecil saya tidak takut gelap. Pun tidak memiliki phobia apa gitu…
Kalaupun ada mungkin saya juga bakalan banyak bertanya dan konsultasi sehingga bisa mendapatkan keluar yang terbaik
Ternyata fobia ada banyak macamnya ya.. Cara menanganinya tergantung diri kita sendiri ya mba. Adik saya ngaku takut kalau naik lift tapi masih aman kalau bersama teman.
Umma juga sangat takut kalau dalam kerumunan kadang kalau ke pasar sudah rame saja sedikit sudah takut sekali. Meskipun perlahan belajar beradaptasi tapi kalau sudah di keramaian masih saja muncul
Sebelum mengalami sendiri apa yang namanya fobia, paling meremehkan dengan berkata “gitu aja panik atau takut”. Namun saya sendiri memiliki pobia yaitu barang-barang buat orang meninggal, logika saya mengatakan tidak apa-apa tapi bawah sadar selalu ketakutan ketika melihat keranda dll.
Ya Allaa, ka Shal..
Semoga ga pernah terjebak di tempat sempit dan tertutup lagi yaa.. semua aman dan dijauhkan dari keburukan.
Tapi yang namanya phobia ini pelan pelaaan banget kudu diatasi dari diri sendiri yaa..
Agar someday, semisal bertemu dengan kejadian kurang mengenakkan dan kita phobia terhadap hal tersebut, bisa segera mengatasi dengan cara yang tepat.
kalau aku phobia sama gelap yang bener-bener gelap. huhu
jadi kalau mati listrik malam hari, meskipun lagi tidur, aku tetap kebangun karena rasanya pengap nggak bisa napas. Terima kasih untuk tipsnya ya, Kak. Meskipun beda phobia, tapi sepertinya bisa aku coba