Hidup bahagia
Daily Reminder

Menua dengan Bahagia, Bagaimana Caranya?

Mungkin gak ya? Gimana caranya?

Kebetulan kedua hal di atas memang sedang sering hadir di pikiran saya akhir-akhir ini. Usia sudah melangkah masuk kepala empat (4). Tetapi sampai saat ini rasanya saya belum juga menjadi seorang pribadi yang matang dan mapan jika disandingkan dengan usia. Mapan dalam artian masih merasa belum banyak bermanfaat baik secara materi, sosial, maupun lainnya. Entah kategori bermanfaat seperti apa yang saya maksud, kadang saya sendiri bingung.

Rasa ingin mencari jati diri kembali memang satu hal yang sering saya hindari. Padahal sebagai umat muslim, peran manusia itu sudah jelas tercantum di dalam Al Quran dan Hadist ya. Beribadah kepada Allah, Sang Mahakuasa, dan menjadi manusia yang bermanfaat adalah di antara yang tertulis.

Impian Masa Kecil

Dulu dalam bayangan saya ketika kecil, saat dewasa menjadi seorang wanita karir yang sukses, dikelilingi suami dan anak-anak yang sehat, cerdas, dan berakhlak baik adalah sebuah kecukupan. Namun seiring dengan bertambahnya usia, perubahan, dan tuntutan yang hadir di sekitar kita, maka semua cita-cita pun perlahan berubah. Mungkin karena terpaksa beradaptasi dengan keadaan. Beberapa mimpi kecil dulu bahkan kini terlihat tak mungkin lagi untuk dicapai. Dan usia yang bertambah tua adalah salah satu alasannya.

Bahagia di Masa Kecil
Definisi bahagia di masa kecil pun bisa sangat berbeda dengan kita sekarang (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Padahal jika melakukan flashback (kilas balik), ternyata ada beberapa impian kecil yang nyatanya sudah berhasil kita raih. Tapi dasar manusia memang tak pernah puas. Masih saja merasa rasanya hal-hal lain yang belum saya capai. Terlebih lagi gempuran iming-iming kebahagiaan yang dipaparkan orang lain di media sosial juga perlahan mengambil alih isi kepala. Rumah besar, traveling ke sana sini, financial freedom atau apa pun istilahnya. Padahal belum tentu hal tersebut adalah sumber kebahagiaan utama kita. Jika tak memiliki atau mencapai semua itu, apakah lantas kita tidak bisa tersenyum atau tertawa?

Penyebab Sulit Merasa Bahagia Versi Saya

Setelah melakukan beberapa kilas balik, menurut saya ada beberapa hal yang membuat kita sulit berbahagia. Berikut di antaranya.

1. Terlalu Overthinking

Overthinking atau terlalu fokus atas suatu hal hingga terus menerus dipikirkan dalam hal ini yang sering saya alami dan lakukan. Berkaca dari pengalaman bahwa sejak kecil saya tumbuh dalam keadaan takut atau khawatir akan kesalahan. Akhirnya hal ini membuat saya sulit bergerak. Tak lincah mencoba dan melihat peluang.

Terlalu banyak berpikir sebelum melakukan sesuatu adalah sebuah hal yang biasa saya lakukan. Jika saya melakukan ini dan ternyata tak sukses, mereka bakalan menertawakan saya tidak ya? Jika saya mencoba itu dan salah, apa yang akan terjadi ya? Duh, terlalu banyak jika, jika, dan jika. Akhirnya progress atau kemajuan saya pun lamban macam siput hehehe.

2. Terlalu Sering Melihat Orang Lain

Menjadikan orang lain contoh memang tak salah. Apalagi jika yang dijadikan teladan adalah sosok-sosok yang memang inspiratif dan terbukti kesuksesannya menjalani hidup. Namun yang jadi masalah sekarang ini adalah kita terlalu banyak mengambil contoh dari orang lain dan sulit menjalani hidup sesuai versi kita sendiri.

Era media sosial memang menjadi momen yang bagus untuk berkembang dan belajar banyak dengan cepat dari orang lain. Sayang akhirnya tak jarang kita digiring menjadi lebih pasif dan cenderung hidup dengan standar-standar yang telah diciptakan orang lain atau para influencer yang ada. Padahal belum tentu yang mereka lakukan adalah hal yang sebenarnya membuat kita senang atau bahagia.

3. Sulit untuk Fokus dan Mudah Terdistraksi Gadget

Lagi-lagi semua tentang bagaimana cara kita mengatur penggunaan teknologi. Ponsel, sosial media, dan aplikasi-aplikasi lain di dalamnya adalah sumber distraksi utama kita. Dan poin ini masih menjadi PR saya sampai saat ini. Begitu besarnya godaan meraih ponsel pintar dan scrolling tanpa henti. Belum lagi deretan film drama yang selalu menggoda untuk dituntaskan dalam satu waktu alias marathon. Akhirnya kebiasaan membuang waktu pun menjadi hal yang terlihat lumrah di zaman modern ini.

Langkah agar Menua dengan Bahagia

Hidup dengan Tujuan
Cari tujuan hidup (Foto: designer491 – Getty Images)

Jujur, ketika tulisan ini saya buat, masih banyak hal yang harus dilakukan oleh saya sendiri untuk mencapai kebahagiaan versi saya. Karena apa yang ada di dalam hati memang tidak bisa diatur atau direkayasa sesuai kehendak kita. Tapi setidaknya, dengan mulai melangkah dan banyak belajar, setidaknya kita mulai menuju ke arah sana.

1. Ambil Waktu untuk Merenung dan Merefleksikan Diri

Cari tahu apa yang ingin kita capai. Apakah cukup menjadi seorang sukses dengan rumah mewah dan mobil yang terparkir berderet-deret? Atau menjadi orang terkenal di dunia maya dengan banyak likes dan followers? Setelah itu semua tercapai, lalu apa yang akan kita lakukan? Banyak orang yang sudah mencapai level-level pencapaian luar biasa di dunia berakhir dengan perasaan hampa. Karena nyatanya kebahagiaan hakiki tak selalu dapat diraih dengan modal materi. Bisa jadi dengan sekadar berbagi, hati kita justru menjadi lebih penuh.

Catat dan rasakan hal-hal apa yang bisa membuat hati menjadi lebih terisi. Apakah dengan banyak berbagi? Belajar hal baru? Atau sekadar berjalan-jalan dan menikmati indahnya alam sekitar? Tak selalu dengan hal besar ya, kadang hal kecil pun ternyata bisa mengisi hati dengan lebih baik.

2. Biasakan Diri untuk Bersyukur

Bisa tiba di tempat kegiatan on time, bersyukurlah. Anak-anak sehat dan semangat pergi ke sekolah, bersyukurlah. Bisa jajan bakso di dekat rumah, bersyukurlah. Memandangi tanaman-tanaman di pot rumah yang tumbuh hijau dan kokoh, bersyukurlah. Dan masih begitu banyak yang bisa kita syukuri dalam hidup sesungguhnya. Selalu berlatih dan belajar untuk memandang bahwa hal-hal tersebut adalah hal besar yang harus disyukuri.

3. Melatih Diri untuk Menjauhi Rasa Iri dan Dengki terhadap Pencapaian Orang Lain

Di sisi lain, sumber sulitnya merasa bahagia adalah terlalu sering menghitung-hitung kebahagiaan orang lain. Merasa iri atau dengki atas pencapaian orang lain. Terlampau fokus dengan hal-hal baik yang dimiliki orang lain. Padahal kita sendiri tak pernah tahu proses apa yang telah dilalui orang tersebut hingga akhirnya bisa mencapai level bahagianya.

Kebanyakan manusia memang fokus pada hasil. Sedangkan bagaimana perjalanan atau prosesnya tak mereka hiraukan. Untuk itu, saat hati mulai merasa iri dan dengki dengan orang lain, segera istighfar dan berpalinglah. Atau lebih baik, segera cari tahu apa yang bisa membuat orang lain berhasil mencapai hal-hal tersebut dan belajarlah. Tak pernah ada kata terlambat berapa pun usia kita.

Baca Juga: 7 Cara agar Ibu Tetap Optimis Menjalani Hari

4. Banyak Belajar

Semakin banyak belajar, biasanya diri pun akan merasa semakin terisi. Namun tetap berhati-hati, jangan sampai terperangkap atau bahkan justru merasa cerdas dan lebih tinggi dari orang lain ya. Karena sesungguhnya ilmu yang ada di dunia ini begitu luas dan tak mungkin direngkuh semuanya oleh kita. Artinya, akan selalu ada orang lain yang lebih paham, lebih tahu, dan lebih cerdas dalam memahami ilmu lain yang belum kita pahami.

Sering-seringlah belajar dari sumber yang terpercaya. Para alim ulama adalah salah satu sumber ilmu yang bisa segera kita ikuti. Dari mereka kita akan kembali diingatkan mengenai alasan mengapa kita ada di bumi. Tentunya bukan demi kesenangan pribadi semata, tapi untuk menjadi seorang yang taat dengan perintah Sang Pencipta dan bermanfaat bagi sekitar.

5. Segera Mulai dari Satu Hal Kecil

Segera ambil langkah dan kerjakan satu hal baik setiap harinya. Entah itu belajar, menulis, membantu orang lain, beramal baik, dan segudang cara lainnya. Tak perlu terlampau ambisius, asal konsisten dan rutin dilakukan, biasanya hal baik atau kecil pun akan selalu tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar dan bermanfaat bagi kita maupun orang lain.

Dengan segera memulai dan berprasangka baik pada hasil akhirnya, insyaAllah hati pun akan lebih tenang dan bahagia.

Menua dengan Bahagia
Menua dengan Bahagia (Foto: coombesy – Pixabay)

Penutup

Well, tulisan ini saya buat hanya sekadar untuk berbagi pengalaman. Sebuah pengingat, bagian dari refleksi diri agar mudah-mudahan kita bisa sama-sama lebih memahami arti kehidupan karunia Sang Mahakuasa ini. Saya sendiri pun sebenarnya masih berproses dan memperjuangkan hal-hal yang ada di dalam tulisan ini.

Nah, kalau teman-teman sendiri, apa yang biasanya dilakukan nih untuk terus tumbuh dan menua dengan bahagia?

40 thoughts on “Menua dengan Bahagia, Bagaimana Caranya?

  1. Menurutku untuk menua dan bahagia itu ketika bisa melakukan hal-hal yang kita suka dan cintai tanpa ada beban 🤭…

    Dan aku setuju sih kalau harus banyak-banyak bersyukur dan menikmati apa yang ada di depan mata…

  2. Dapat banyak insight nih baca tulisan mba. Iya ya memikirkan masa tua dari sekarang tuh penting juga, dan sudah semestinya dari sekarang diprepare.

  3. Benar juga sih ketika kecil punya banyak impian, kadang sering berubah-ubah. Namun seiring bertambah dewasa, kita jadi memiliki impian yang simpel yang mungkin bisa tercapai.

  4. Peluk online Kak Shalikah. Saya belakangan juga sering merasakan hal yang mirip seperti dirimu. Mari kita sama-sama belajar agar bisa menikmati pertambahan usia dengan bahagia ya, Kak.

  5. Aku kadang juga terlalu ovt yang bikin susah buat maju. Dan salah satu kendalanya ya lihat orang lain yang lebih lebih gitu. Apalagi era sosmed kan org dngan mudahnya berbagi semua tentang dirinya. Salah satu cara membatasinya ya diet gadget dan lebih bersyukur dengan hal sekecil apapun.

    1. Sama Kak.. Kebanyakan mantengin sosmed memang kadang buat kita ovt ya.
      Akhirnya kalau sedang begitu, harus cepat-cepat sadar dan buat rencana nyata yang membahagiakan diri kita sendiri saja ya.

  6. Iya nih
    Overthinking emang bikin kita selalu merasa insecure
    Mgkn bisa dihilangkan dengan rutin membuat jurnal syukur ya mbak
    Agar bisa menua dengan bahagia

    1. Wah iya Mbak. Membuat jurnal syukur bisa jadi salah satu caranya ya agar terus ingat dengan karunia Allah Yang Mahakuasa yang selalu tersedia untuk kita.

  7. jujr masa tua itu termasuk hal yang cukup aku takuti bukan karena penuaannya tapi karena aku bisa bakal hidup dengan nyaman nggak di usia itu dan tentunya juga pengennya bisa menua dengan bahagia juga

    1. Sama Mbak. Kadang ak pun begini. Jadi cenderung khawatir dengan masa depan. Kira-kira masih bisa hidup dengan baik dan bahagia atau gak, itu yang kadang muncul di pikiran.

  8. Overthinking sama sering melihat orang lain memang salah satu penghambat diriku dalam bahagia. Harus banyak bersyukur ya mbak biar kita selalu bahagia dalam situasi apapun

  9. Insightful banget, ka Shal.
    Tapi memang yah, manusiawi banget kalo kita ngerasa “kurang”. Maka dari itu, gimana caranya tetap membuat goals setiap tahunnya dan menghargai setiap pencapaian yang berhasil dicapai setiap hari. Jadi, disitulah letak rasa bersyukur kita.

    Aku pernah banget ovt.
    Sering diink.. hihihi, bukan cuma pernah. Tapi ya, itu.. Bismillah, fokus sama diri sendiri. Fokus sama apa-apa yang aku suka dan fokus sama orang-orang yang sayang sama aku.

    1. Betul Ka Lendy..
      Memang ada masanya kita down dan merasa kurang cukup ya.
      Punya target hidup agar bisa terus bergerak maju jadi penting banget memang ya. Juga catatan akan hal-hal yang perlu disyukuri.
      Makasi tipsnya juga ya Kak.

  10. Related banget sama saya. Di usia yang menuju kepala 4 ini banyak suara-suara bising di kepala. Terus bersahut-sahutan tentang kegagalan dalam hidup. Semoga kita senantiasa bersyukur atas takdir kita, ya.

  11. Kalau menurut saya bersyukur menjadi salah satu cara yang ampuh untuk tetap bahagia. Dengan bersyukur kita akan merasa cukup dengan apa yang sudah Allah berikan, dan yang Allah berikan itu pasti yang terbaik untuk kita. Saya juga merasakan mbak, dengan semakin bertambahnya usia, hati jadi lebih semeleh kalau istilah orang Jawa.

    1. Betul Mbak. Saya pun kadang menulis untuk mengingatkan saya juga, bahwa banyak hal yang harus disyukuri. Allah sudah mengkaruniai kita begitu banyak kenikmatan. Semua harus disyukuri dengan baik.

  12. Thanks mbak remindernya. Artikel ini nggak cuma buat yang udah kepala 4 aja, deh. Emang sekarang tantangannya wow banget, apalagi efek sosmed ya mbak. Langkah-langkah yang udah disarananin bisa buat benteng dan terarah untuk menua bahagia.

  13. sebenarnya bahagia itu dr diri sendiri mbak.
    bersyukur dgn yg kita miliki saat ini, tdk membandingkan diri dgn org lain, dan jauhi penyakit hati

  14. langkah-langah agar menua dengan bahagia itu bener banget. Refleksi diri,kita harus tahu tujuan yang ingin kita capai apa/cita-cita/mimpinya apa. Bersyukur, ini yang sering kita lupakan. Terus belajar, bener banget, kan belajar itu sampai kita mati, terus upgrade diri ilmu dunia dan akhirat. Jangan membandingkan diri kita dnegan orang lain, bandingkan diri kita kini dengan diri kita yang dulu. Insya Allah bahagia. Aamiin.

  15. Dulu masa kecil gampang banget bahagia. Lha pas dewasa? Haha Emang racun banget itu liat rumput tetangga. Harus selalu punya mindset untuk selalu bersyukur

    1. Hihihi. Betul Kak. Rumput tetangga sering terlihat lebih hijau ya. Padahal usaha menumbuhkan rumput hijau itu pun juga besar, hanya kadang sering tak terlihat.

  16. Mendekati usia 40 tahun aku juga banyak merenung mbak tentang hidup, terutama apa yang sesungguhnya jadi tujuan hidup dan bahagia serta tenang di masa tua nanti.
    Terima kasih Mbak untuk tulisannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *