Review Novel: Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar
Jika membaca judulnya, terbayangkah teman-teman dengan apa isi cerita buku ini? Yup, benar, novel Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar ini menceritakan petualangan 2 anak kembar praremaja yang mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penting yang hadir di kepala mereka. Sebuah edukasi dengan cara yang unik untuk para orang tua dan anak usia remaja ketika kelak menemukan masalah serupa. Disampaikan dengan bahasa yang ringan, mengalir, dan enak dibaca, kisah ini terasa dekat dengan keseharian kita.
- Judul: Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar
- Penulis: Reytia
- Cetakan Pertama: April 2022
- Editor: Dian Onasis dan Vina Sri
- Penerbit: Forsen Books
- Jumlah Halaman: 156
Sinopsis Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar
Khalid dan Aya, sepasang anak kembar cerdas yang berusia 11 tahun, tiba-tiba mengajukan keberatan mereka untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Hal ini tentu membuat orang tua mereka pusing tujuh keliling. Papa dan mama Khalid dan Aya pun mencoba bernegosiasi, namun hasilnya nol. Kedua anak kembar kesayangan mereka itu masih menolak untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Tak kehabisan akal, mama dan papa si kembar mendapat ide untuk mengirimkan anak mereka ke rumah Atok di masa liburan sekolah. Kakek kesayangan si kembar itu pasti bisa membantu membujuk Khalid dan Aya agar mau berpuasa. Tanpa berpikir panjang, si kembar pun segera menyetujui ide orang tua mereka untuk menghabiskan beberapa hari di rumah Atok. Di sinilah petualangan mereka dimulai.
Pencarian Si Kembar
Atok, seorang profesor yang juga mengajar di sebuah Institut kebanggaan kota Bandung, menyambut dengan tangan terbuka kedatangan kedua cucunya itu. Beliau ikut penasaran dengan alasan si kembar yang menolak ikut berpuasa Ramadhan. Diskusi pun terjadi antara kakek dan kedua cucunya. Dan sampailah pada sebuah penjelasan, bahwa menurut Khalid dan Aya berpuasa itu melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka pernah menyimak suatu artikel atau opini di internet yang menyatakan hal ini. Khalid dan Aya lalu ditantang sang Kakek untuk membuktikan argumen-argumen mereka.
Berbekal internet dan tumpukan buku di perpustakaan sang kakek, si kembar pun mulai menjelajahi dunia maya dan buku-buku pengetahuan mencari pembenaran atas kata-kata mereka sendiri. Bagaimana Khalid dan Aya mencari fakta dukungan atas pernyataan mereka, juga konflik-konflik kecil yang hadir di dalamnya menjadi bab-bab yang menarik untuk disimak.
Benang merah pun ditarik di akhir cerita. Beberapa argumentasi muncul dan menjelaskan kenapa Khalid dan Aya akhirnya sampai mengeluarkan pernyataan yang kontroversial.
Ringan Namun Ternyata Sulit Dihadapi
Cerita-cerita seperti Khalid dan Aya ini kenyataannya memang sering kita temukan atau alami sehari-hari. Dan sebagai orang tua, saya sendiri sering merasa tak selalu bisa memfasilitasi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan mengagetkan dan kritis yang keluar dari mulut anak-anak dengan baik.
Khalid dan Aya menolak puasa? Apa nanti kata dunia? Bagaimana mereka menjelaskan kejadian ini pada guru dan tetangga? Si kembar yang terkenal sebagai siswa berprestasi mendadak memberontak, itu pasti akan menjadi kabar yang heboh.
Novel: Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar
Saya jadi dibuat berpikir oleh buku ini. Jika suatu saat anak saya mengeluarkan pernyataan seperti Khalid dan Aya, apa reaksi saya ya? Apakah saya hanya akan asal menjawab sesuai yang saya tahu? Atau alih-alih justru memaksa mereka menuntaskan kewajibannya saja karena lebih memikirkan pandangan orang lain tentang anak-anak.
Hidup di masa sekarang membuat kita banyak terpapar informasi lewat internet. Namun memilah informasi yang baik dan benar juga sungguh tak mudah. Terkhusus anak-anak, dengan perkembangan akal mereka, informasi yang beredar tentu belum semuanya dapat diolah dengan baik. Di sini kehadiran orang tua menjadi sangat penting.
Mendampingi anak hingga mereka mampu menentukan mana hal yang benar dan salah adalah jalur penuh tantangan dan teka teki. Tetapi memang inilah peran dan tanggung jawab yang sudah kita ambil ketika memutuskan menjadi orang tua. Dan bukankah kita sudah diberi acuan untuk belajar. Melalui Al Quran dan Hadist juga kisah-kisah para ulama dan orang besar sejak dulu. Semoga semangat bertumbuh dan memperbaiki diri terus hadir dalam diri kita semua ya teman-teman.
Wah bagus sekali bukunya. Jadi penasaran sama jawaban sang Kakek. Benar sekali mbak, di zaman sekarang ortu harus banyak belajar lagi, apalagi semua informasi bisa dengan mudah kita dapatkan hanya dalam genggaman tangan.
Ceritanya menggambarkan kondisi anak-anak zaman now yang sudah mulai kritis, apalagi tersedianya informasi di internet yang melimpah ruah. Ini bisa jadi pedang bermata dua, karena tak selalu yang ada di internet adalah hal benar ya…
Membaca review ini membuat kita tertarik untuk segera membaca bukunya sampai habis. Betapa realitanya anak zaman sekarang hidup di zaman penuh fitnah.
Tulisannya bagus mbak menarik. Pembaca jadi ikut tertarik membaca bukunya 🥰
Cocok bgt dibaca remaja niyy
Alur cerita dan karakternya mantaabbb semua.
Thankss mba
Wah, editornya mba Dian Onasis, ya. Novel seperti ini jadi membawa kenangan saat suka baca cerpen di majalah Bobo dulu hihi
Buku yang menginspirasi yaa..
Kadang memang menghadapi karakter anak jelang remaja ini membutuhkan bargaining position yang kuat sebagai orangtua. Sejauh mana kita sayang dengan anak dan sejauh mana kita bisa menyampaikan rasa sayang ini secara bijak.
Buku ini inspiratif ceritanya ya mbak
Dunia remaja memang penuh banyak tantangan
Buku yg bisa jadi rekomendasi orang tua anak remaja
Wah bagus ya. Aku jadi penasaran dengan novelnya.
wah jadi penasaran nih gimana akhirnya apakah si kembar mau berpuasa? baru tahu nih saya sekarang forsen juga sudah mulai menerbitkan buku. keren
Susah ya, anak-anak harus diberi pengertian dan pendekatan realistis dari apa yang mereka bisa pahami
buku-buku model begini harus masuk list untuk bacaan di rumah sih, apalagi kalau di rumah ada anak-anak, ceritanya seru dan banyak inspirasi di dalamnya
Salut sama Mbak Rey, nulis novel anak segini ringan tapi makjleb isinya!
aku dan anakku baca waktu bulan Ramadhan lalu. Sukaaa! ga rugi ikutan PO begitu dipasarkan.
Bisa buat kado ke anak-anak yang belajar puasa dan mulai kritis bertanya kenapa harus puasa? kok menyiksa diri ajah.
aku dataang! huhuhu makasih banyak ya makk udh review si khalid dan aya, aku terharu, semoga bermanfaat :”)
Waaah, ALhamdulillah.. Dikomen penulisnya 😀 Keceh Mak bukunya.. Ditunggu karya berikutnyaa..
Hidden gems pas baca cerita ini serasa nyentil emak2 yang sukanya kompetisi sama emak2 lain. Buku yang recomended dibaca bareng ortu dan anak
Aih jadi penasaran konfliknya apa dan apa temuan si kembar sampai punya argumen seperti itu. Aku harus pesen ke Mbak Rey segera nih kayanya.