Tradisi Mudik Lebaran
Menjelajah Bumi

Tradisi Mudik Lebaran: Sarana Silaturahmi dan Wisata Budaya

Tradisi mudik lebaran alias pulang ke kampung halaman adalah kegiatan rutin yang umumnya dilakukan masyarakat Indonesia. Mudik masal ini biasanya dilakukan bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Kenapa? Karena biasanya saat ini para pekerja dan anak sekolah memiliki keleluasaan dalam waktu untuk dapat kembali ke kampung.

Mudik lebaran juga selalu menjadi hal yang mendapat perhatian khusus bagi pemerintah dan semua lini masyarakat. Bagaimana tidak, jalan-jalan antar kota menjadi penuh dengan lalu lalang kendaraan yang berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Tak jarang kemacetan pun timbul di titik-titik yang biasanya sepi. Berbanding terbalik dengan suasana pusat kota yang justru banyak ditinggalkan oleh penghuninya.

Asal Usul dari Kata Mudik

Merujuk pada laman KBBI, mudik memiliki arti 1 (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman) atau 2 pulang ke kampung halaman.

Mudik sendiri ternyata berasal dari sebuah kata di bahasa melayu, yakni udik. Dulu istilah udik digunakan untuk menggambarkan kembalinya masyarakat melayu yang tinggal di ujung atau hulu sungai setelah bepergian ke hilir(1).

Seiring dengan perkembangan zaman, istilah mudik pun kini digunakan untuk membahasakan orang yang pulang atau kembali ke kampung halamannya.

Tujuan Mudik

Tujuan mudik tentu utamanya adalah mengunjungi orang tua atau kakek nenek yang masih berada di kampung halaman. Para anak dan cucu yang tinggal di kota atau daerah lain berusaha menunjukkan baktinya dengan menyediakan waktu untuk menjumpai mereka.

Momen ini tentu juga sangat dinanti oleh para orang tua di kampung. Di sinilah saatnya mereka meluapkan rasa rindu pada anak cucu setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dipisahkan oleh jarak. Rasa bahagia bahkan kerap membuncah jauh-jauh hari setelah kabar mudik pun sampai ke telinga mereka.

Tradisi Mudik Lebaran: Sebuah Sarana Silaturahmi Keluarga

Silaturahmi saat mudik (Sumber: Odua Images – Canva)

Selain bertemu dengan orang tua, tak jarang para pemudik juga memanfaatkan kesempatan ini untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara lainnya. Setelah sehari-hari terpisahkan oleh jarak, momen ini mempertemukan kembali kakak – adik, paman – ponakan, dan lainnya. Selain bertukar cerita, berbagi kebahagiaan, tak jarang mudik juga dimanfaatkan sebagai ajang pembuktian diri hehehe.

Mudik dan Kenangan Masa Kecil

Walau tak semua orang sepakat bahwa tradisi mudik lebaran adalah kegiatan yang membahagiakan, nyatanya semua orang tentu rindu dengan mudik. Saya termasuk salah satunya. Walau tidak pernah merasakan tinggal lama di rumah milik Kakek dan Nenek, momen mudik selalu membangkitkan kenangan masa kecil.

Rutinitas yang biasa dilakukan bersama orang tua dan kakek nenek misalnya. Aroma masakan tradisional yang sukses menggugah selera makan. Juga permainan-permainan tradisional yang sering dimainkan bersama sanak saudara. Semua selalu memiliki tempat khusus di hati.

Wisata Budaya dan Kuliner

Di saat mudik ini juga, kita bisa memanfaatkan waktu untuk berwisata budaya. Menelusuri aneka macam keunikan kampung halaman juga menapaktilasi jejak-jejak sejarah yang mungkin ada di sana.

Saya sendiri selalu berburu aneka macam masakan yang ada di kampung halaman. Selat solo, serabi solo, cabuk rambak, dan nasi liwet adalah di antaranya. Setelahnya, tak lupa anak-anak pun kami ajak untuk mengunjungi situs-situs budaya yang ada di sana. Masjid Agung, keraton, museum, menjadi tujuan wisata.

Nah, kalau teman-teman, biasanya rutinitas apa yang dilakukan saat mudik lebaran?

Baca Juga: Ternyata Ini Barang yang Perlu Dibawa Saat Roadtrip

Referensi:

  • (1) https://www.ugm.ac.id/id/berita/22476-mengenal-tradisi-mudik

14 thoughts on “Tradisi Mudik Lebaran: Sarana Silaturahmi dan Wisata Budaya

  1. Tahun ini mudik sudah mulai normal seperti dulu setelah tiga tahun terkendala pandemi. Selamat mudik, Mbak. Senantiasa aman sampai tujuan dan saat kembali nanti ke rumah.

  2. “Mudik dan kenangan masa kecil” ini siihh yang diincar sebenarnya ya Mbak. Makanya kalau orangtua atau nenek sudah nggak ada, banyak keluarga yang tetap mengusahakan mudik karena banyak kenangan masa kecil di rumah itu.

    Aaahh nggak sabar mau mudik tiga hari lagiiii.

  3. kalau mudik pastinya berkunjung ke saudara-saudara dan yang pasti wisata kuliner memanjakan lidah, karena makanan yang ga ada di kota tempat saya tinggal

  4. Aku ingat waktu kecil kalau udah mudik selalu nangis soalnya selain perjalanan lumayan jauh, jalannya belum sebagus sekarang dan bakalan batal puasa karena mabuk akibat jalan yang jelek dan kadang masih berbatu. Tapi sekarang, mudik selalu jadi aktivitas yang ditunggu soalnya bisa melepas kangen dengan keluarga meskipun sekarang sedihnya orangtua sudah tidak ada.

  5. Agak gloomy sih, aku udah bertahun-tahun ga mudik karena nenek-kakek udah meninggal hehe. Sekarang mudik ke orangtua aja sama mertua. Seru sih liat timeline isinya pada mudik

  6. Oh iya
    Benar ini
    Saat mudik kita nggak hanya bisa silaturahmi dengan saudara
    Tetapi juga bisa melakukan wisata budaya ya mbak

  7. Mudik bagiku selalu tentang menjemput kenangan masa lalu di rumah bersama orang tua
    . Masa yang tidak pernah terulang lagi tapi akan menjauh seiring bertambahnya usia

  8. Saya nggak pernah mudik sih soalnya tinggalnya di kampung halaman. Pasti seru banget yaa bagi mereka yang merantau momen mudik ini karena bisa berkumpul dengan keluarga besar

  9. Kalau mudik, akutu seneng diajakin mama papa mertua buat jalaaan aja…
    Silaturahm ke saudara jauh yang jarang ketemu. Jadi bisa dibilang lebih lama di keluarga suami. Tapi nginepnya selalu di rumah keluargaku. Biar adil yaa..

    Soalnya anak-anak suka bilang, kasian Uti Ketintang (ibuku) sendirian.

    Semoga sehat selalu ya, kak..
    Mudik lancar bersama keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *