Cara Mudah Mendampingi Anak Belajar di Rumah
Belakangan ini saya cukup pusing karena baik anak sulung maupun anak bungsu sedang mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di sekolahnya. Bahkan saya cukup tersentak ketika dihubungi langsung oleh salah satu guru mata pelajaran anak sulung di sekolah. Kata beliau, “Bunda, Abang sepertinya pelajaran Al Qurannya tidak ada kemajuan yang berarti. Mohon pendampingannya.” Jgeeer! kaget sekaligus malu hehe. Karena walaupun bukan pertama kalinya hal ini terjadi, namun mendapat feedback atau umpan balik yang tidak baik selalu membuat pusing kepala. Salah saya apa ya? Apa ya kurangnya mereka? Apa saya memang metode saya salah ketika mendampingi anak-anak belajar?
Setelah melakukan sesi curhat atau konsultasi dengan Pak Suami, saya pun segera instropeksi diri. Saya pun mengakui bahwa pendampingan saya di rumah terutama untuk hal yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah memang terbengkalai. Terlalu banyak pekerjaan lain, yang bahkan terkadang kurang penting, menyita waktu saya akhir-akhir ini. Dan setelah mencoba berbesar hati dan menerima kesalahan diri sendiri, saya pun segera mengikuti saran Pak Suami yakni mencari solusi dan cara mudah mendampingi anak-anak belajar di rumah.
Beberapa ide pun mengantre di dalam kepala. Namun saya coba terapkan beberapa hal yang mungkin untuk segera dilakukan tanpa melibatkan pihak luar.
1. Praktik Langsung ketika Mendampingi Anak Belajar
Cara terbaik anak-anak untuk belajar adalah dengan praktik langsung dan memberi contoh, karena sejatinya anak-anak memang peniru yang ulung. Sebanyak apa pun orangtua memberi nasihat atau menjelaskan dengan kata-kata, akan selalu lebih mudah jika diterapkan secara langsung.
Begitu juga dengan belajar. Ketika anak belum pandai membaca, maka bacalah cerita secara rutin bersama mereka. Tunjukkan bahwa kita pun punya minat membaca yang tinggi, sehingga kelak mereka pun akan meniru kita dan berusaha membaca. Cara ini ternyata memang ampuh diterapkan di rumah. Terutama untuk anak bungsu yang memang masih terbata-bata ketika membaca. Setelah konsisten menemaninya dalam beberapa sesi membaca buku, sekarang ia pun terlihat lebih mudah dan senang membaca. Tak lupa sambil terus mengingatkan diri untuk bersabar dan tak terlalu cepat membantunya. Saya biarkan ia berpikir lebih lama ketika bertemu dengan kata-kata yang sulit dan baru akan menolongnya ketika dipinta. Memang melelahkan dan memakan waktu, tetapi pada akhirnya saya yakin akan terbayar saat anak-anak berhasil melalui kesulitannya.
2. Banyak Mengulang
Mengamati dari berbagai sumber, ternyata salah satu kunci lancar mempelajari segala sesuatu adalah banyak mengulang. Kebetulan salah satu metode pembelajaran di sekolah anak-anak pun menggunakan metode yang seirama dengan cara pengulangan ini. Metode Ummi digunakan untuk pembelajaran Al Quran. Di mana kunci suksesnya juga dengan banyak mengulang. Mengutip dari laman Ummi Foundation bahwa penggunaan nama Ummi itu sendiri memang ditujukan untuk menghormati dan mengingat jasa ibu sebagai madrasatul ula atau madrasah pertama anak. Maka pendekatan yang digunakannya adalah pendekatan bahasa ibu. Itulah mengapa nada atau intonasi yang digunakan ketika membaca dan muroja’ah, atau mengulang hafalan Al Quran, lebih mudah untuk diikuti oleh anak-anak.
Kembali ke cara belajar anak-anak, saat ini sebisa mungkin saya selalu menyempatkan diri untuk mengulang kembali pelajaran anak-anak di rumah secara rutin. Terutama terkait pembelajaran Al Quran, baik Tahfidz (menghafal) maupun Tahsin (membaca Al Quran dengan baik dan benar). Kami mencoba menerapkan beberapa waktu yang disepakati bersama sebagai waktu belajar, seperti sehabis Salat Subuh dan Salat Maghrib. Kuncinya? Istiqomah alias konsisten. Walaupun, jujur, ini sesungguhnya juga menjadi salah satu PR pribadi saya. Namun, seperti yang semua orang tahu, semua yang dilakukan secara rutin akan selalu membuahkan hasil, kan? Sehingga Alhamdulillah perlahan tapi pasti, pembelajaran Al Quran anak sulung pun kini terlihat mulai mengalami perbaikan.
3. Dengarkan dan Banyak Ajak Anak Berdiskusi saat Mendampingi Anak Belajar
Sebagai orangtua, kita tentu seringkali sibuk mengatur atau menyusunkan rencana untuk masa depan anak-anak kita. Merasa lebih tahu akan segala hal sehingga tak terasa kita juga kerap mengabaikan keluh kesah, masukan, dan keinginannya. Padahal sudah berapa kali kita dengar bahwa cara belajar anak tentu tak selalu sama. Si sulung mungkin seorang yang lebih audio visual dibandingkan adiknya, alias lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan melihat secara bersamaan. Sedangkan si bungsu bisa jadi lebih senang dan nyaman belajar hanya dengan melihat dan mengamati sekelilingnya. Dengan banyak mendengar suara dan keinginan mereka, tentu akhirnya kita bisa menemukan pola belajar yang lebih cocok untuk masing-masing anak. Bukan malah menerapkan hal sebaliknya dan berujung pada frustasi bersama hehe. Belajar banyak mendengar juga ternyata bermanfaat ketika melatih anak mengelola emosinya.
Saya pun kian terpacu memperbaiki pola komunikasi dengan anak setelah sering mengamati para influencer parenting yang sukses. Ternyata mereka begitu memberikan ruang dan kesempatan interaksi yang luas untuk anak-anaknya. Memang hal ini tentu mengakibatkan berkurangnya waktu “me time” atau bersantai bagi para ibu atau orangtua. Namun kembali ke pertanyaan awal ketika kita dikaruniai anak oleh Yang Mahakuasa, untuk apakah kita ada atau dipertemukan dengan anak-anak kita? Tentu sudah menjadi harapan kita dapat membimbing mereka agar kelak anak-anak kita bisa menjadi pribadi yang saleh dan bermanfaat, bukan? Maka meluangkan waktu untuk mendengar dan berdiskusi sepertinya bukan suatu hal yang pelik dilakukan.
4. Manfaatkan Orang Sekitar atau Internet untuk Mencari Informasi atau Tutorial tentang Ilmu yang Sedang Dipelajari
Hidup di jaman sekarang yang kaya akan keterbukaan tentu memiliki nilai tambah. Jika dibandingkan dengan masa kecil kita dulu, mencari informasi dari banyak sumber kini begitu mudah. Maka ketika mengalami jalan buntu untuk menerangkan suatu hal atau ilmu yang sedang dipelajari anak, tak ada salahnya untuk meminta bantuan sekitar, misalnya Pak Suami atau paman dan tante anak-anak, untuk ikut mendampingi anak-anak belajar. Karena terkadang bisa jadi mereka menemukan bahasa yang lebih mudah dimengerti anak.
Tak lupa jika diperlukan, manfaatkan juga internet untuk membantu menjelaskannya. Namun tentu hal ini tak boleh dianggap remeh. Selalu pelajari dan teliti terlebih dahulu sebelum menyampaikan apa yang kita dapat dari internet kepada anak, karena tak semuanya valid untuk digunakan. Juga hindari membanjiri mereka dengan informasi yang belum tentu diperlukan pada usianya.
Ternyata mendampingi anak belajar di rumah tak harus selalu rumit dan membuat frustasi ya. Asalkan kita menjaga konsistensi dan tak lupa banyak berdoa. Memohon kepada ALLAH Yang Mahakuasa, agar segala usaha kita dimudahkan. Semoga selanjutnya anak-anak menjadi semakin mudah dan lancar dalam menuntut ilmu dan menerapkannya.
Anakku belum sekolah, eh udah deng, playgroup hihi. Ngebayangin di posisi mbak Ika, kebayang sungkannya :’) tapi insya Allah ada hikmahnya ya mbak jadi tahu perkembangan anak langsung dari gurunya.
Semangat Mbak Ikaa!!
Wah, gak terasa udah mulai playgroup ya Mba si kecil.. hi3 Iya Mba, jadi malu ditegur gurunya anak-anak.. Ketahuan di rumah gak didampingi serius ๐ Tapi Alhamdulillah jadi cambukan utk lebih baik lagi..
Mari kita semangatt ๐ช
Pelajaran banget ya mba, buat selalu aktif dan produktif dalam membersamai anak-anak. Kadang kita lalai sama rutinitas, merasa mereka bisa belajar sendiri padahal sepenuhnya tidak. Pandemi akhirnya membawa kita semua untuk mengembalikan tugas ibu dengan sebaik-baiknya. Semoga kita semua bisa menjadi ibu yang demikian, terus berusaha bagi anak anak.
Asik sekali tipsnya mendampingi… Sepertinya menyenangkan, meski membayangkannya membuatku pusyiang, padahal anak belum sekolah.. ๐
anakku yang TK B sekarang lagi sekolah daring juga. seminggu sekali harus ke sekolah untuk ambil bahan-bahannya. Memang harus bekolaborasi dan sinergi sama guru juga demi kebaikan anak ya mbak ika.
Setuju banget Mba Ina.. harus kompak sama guru di sekolah, supaya lingkungan belajar anak kondusif hehe..
Maa syaa Allah tabarokallah, semoga dimudahkan untuk mendampingi ananda.. Selama daring Ini memang luar biasa menguras tenaga Waktu dan fikiran.
Pandemi seperti benar-benar mengembalikan peran ibu yang sesungguhnya yakni sebagai madrasah pertama untuk anak anaknya.
Barokallahu fiik
Wa fiik barakallah Mba Warosa.. aamiin semoga kita smua dimudahkan ya mendampingi anak-anak di rumah..
Betul Mba, dengan adanya pandemi para Ibu pun jadi mendapat ladang pahala lebih ya hehe yaitu fokus mendidik dan mengajarkan anak di rumah..
Anakku belum sekolah, tapi jadi tahu banyak tips dari sini, tetap ya mengajari dengan memberikan contoh yang utama… Terima kasih mbak sudah berbagi..
Sama-sama Mba Ayu.. orangtua adalah teladan pertama anak-anak dari lingkungan terkecil (walau kadang kita kepeleset juga ya.. hehe) Mudah2an kita semua dimudahkan menjadi contoh yang baik utk anak-anak..
Somehow belajar dari rumah seperti yang terjadi hampir 2 tahun ini membuat peran guru dan orang tua lebih sinergis.
Kalau sebelumnya bisa aja orang tua menyerahkan sepenuhnya ke sekolah, di rumah jadi kurang optimal padahal belajar itu perlu berkesinambungan di sekolah formal maupun di luar sekolah.
Alhamdulillah sudah ketemu solusinya yaa mbak. Eh minggu depan apa sudah masuk untuk tatap muka?
Betul Mba.. Setelah beberapa tahun sebelumnya sudah terlanjur terlena untuk mempercayakan pembelajaran ilmu pengetahuan anak-anak langsung kepada guru2nya di sekolah.. hehe.. Akhirnya baru tersadar di masa pandemi ini, bahwa pembelajaran dan pendampingan di rumah bersama orangtua juga sangat penting.
Untuk PTM, Sepertinya belum ada info lebih lanjut dari sekolahnya Mba. Malah sekarang saya berharap PTM-nya dimundurkan, karena masih senang bisa menemani anak-anak dari rumah hehehe..
Anakku belum sekolah tapi baca ini jadi kebayang pusingnya ya Mbak mendampingi anak sekolah. Kalau enggak bisa bersinergi sama guru atau gampang baper, kemajuan sekolah anak bisa terhambat. Semangaaat Mbak Ikaa~
Betul Mba.. harus gabung di no baper-baper club ya kita. Karena tujuan akhirnya kan kebaikan anak-anak..
Semangattt.. ๐
Duh kalo Yandanya anakku agak tegas2 gitu, jadi H-1 wajib baca ummi yg mau disetor 10x… tiap diabsen ditanya… udah baca brp kali kemarin.. kan mules yak kalo ga baca wkakakak.
kalo nambah hafalan… emang PR banget ini. Aku seringkali capek (dan mager) kalo weekend.. sementara ngandelin murotal ummi sering2 diputar aja di rumah huhu…
Samaan Mba.. Nak sulung akhirnya sejak 2 mingguan lalu dpt tambahan baca ummi dari Bunda lainnya.. Ak pun masih berusaha konsisten di rumah ajak ngulang2, yg ternyata memang perjuangan.. hix
Semangaat mba, semoganya lelahnya dapat hasil yang baik di mata Allah. Anak-anak memang lebih mudah meniru apa yang dilakukan dibandingkan hanya diperintah ini itu ya mba
Aamiin.. aamiin Allahumma aamiin.. betul Mbak, anak-anak sesungguhnya para peniru ulung..
Ternyata segitu ngaruhnya ya mba peran orang tua dalam membersamai anak dalam belajar. Harus update ilmu tiap hari dan mengerti apa maunya anak itu yang penting sih menurut aku.
Iya Mbak.. Kita sebagai orangtua harus terus ikut belajar dan beradaptasi terutama terhadap ilmu2 baru yang ada, termasuk ilmu parenting..
Masya Allah, konsisten emg kunci utama ya Mba..
Byk denger crita ttg skolah daring yg memang butuh effort lebih dari kita sbg orang tua
Betul Mbak.. yang menantang itu konsistensi kita juga diuji di sini hehehe..